Middle Blocker Berjuang Ekstra Demi Posisi Starter. Hari ini, 14 November 2025, bertepatan dengan ulang tahun ke-32 Asih Titi Pangestuti, middle blocker timnas voli putri Indonesia yang baru saja rayakan comeback gemilang di pelatnas SEA Games 2025. Pemain senior asal Banjarnegara ini gantikan Rika Dwi Latri yang cedera pada Juni lalu, dan kini berjuang ekstra merebut posisi starter utama di skuad yang dipimpin Megawati Hangestri. Di latihan terakhir Senayan pekan ini, Asih blokir 12 serangan simulasi dari rekan setim, tunjukkan ketangguhannya meski usianya paling tua di tim. Kisahnya soal perjuangan comeback ini inspirasi, terutama saat Indonesia target emas pertama SEA Games sejak 2001. Dari juara Proliga 2025 hingga panggilan timnas mendadak, Asih bukti bahwa usia tak halangi ambisi besar di lapangan voli yang kompetitif. MAKNA LAGU
Latar Belakang: Comeback dari Pinggir Lapangan ke Pusat Perhatian: Middle Blocker Berjuang Ekstra Demi Posisi Starter
Asih Titi Pangestuti lahir di Banjarnegara, Jawa Tengah, pada 14 November 1993, di keluarga petani yang jarang sentuh olahraga profesional. Tinggi 180 cm-nya jadi modal utama saat debut di liga domestik usia 18 tahun bersama tim lokal Jawa Tengah. Posisi middle blocker cocok baginya: ia ahli blok vertikal dan quick attack, sumbang rata-rata 8 blok per laga di awal karier. Pada 2018, Asih pindah ke Jakarta Pertamina dan raih gelar juara nasional pertama, puncaknya saat bantu timnas ke perak SEA Games 2019.
Tapi 2020-an jadi masa sulit. Cedera bahu kronis paksa ia absen dua musim, pindah ke klub kecil di Semarang untuk rehab. Kembali ke Proliga 2024, Asih starter cadangan di Jakarta Binus, tapi kontribusinya tak terbantahkan: 45 blok di babak final four. Musim 2025, ia gabung Bandung Bankaltim dan pimpin tim juara Proliga putri dengan 62 blok musim reguler—rekor pribadi. “Saya latihan pagi malam, bahkan saat klub libur, karena tahu peluang timnas tipis di usia segini,” ceritanya saat wawancara pasca-final Proliga Mei lalu. Panggilan mendadak ke pelatnas AVC Nations Cup Juni 2025, ganti Rika yang cedera lutut, jadi titik balik. Di sana, Asih starter di tiga laga, blokir 18 serangan Filipina di semifinal, bantu tim finis perak.
Tantangan Berat: Usia dan Cedera Jadi Ujian Terberat: Middle Blocker Berjuang Ekstra Demi Posisi Starter
Berjuang demi starter di timnas tak mudah bagi Asih, apalagi sebagai pemain paling senior di skuad rata-rata usia 22 tahun. Saat dipanggil pengganti Rika untuk SEA V-League Agustus 2025, banyak keraguan: “Asih sudah 31, fisiknya kuat tapi lambat lawan tim muda Asia,” komentar netizen ramai setelah video latihannya bocor. Di AVC Nations Cup, ia kalah saing dengan Shella Bernadetha yang lebih lincah, hanya dapat menit bermain 40% laga. Tekanan itu tambah saat cedera bahu kambuh ringan di leg pertama V-League, paksa pelatih rotasi ke Yolla Yuliana.
Mentalnya diuji lebih dalam. Di Bandung, Asih sering latihan sendirian setelah klub bubar, fokus program kekuatan inti untuk tingkatkan lompatan vertikal—naik 5 cm sejak 2024. Keluarganya di Banjarnegara khawatir, tapi ia bilang, “Ini bukan soal usia, tapi soal siapa yang paling lapar.” Kritik dari pelatih asing di turnamen regional sebut middle blocker Indonesia “kurang agresif”, sorot Asih sebagai contoh. Meski begitu, ia catat setiap blok gagal di jurnal, analisis video hingga subuh. Comeback-nya di leg kedua V-League Vietnam, di mana ia starter penuh dan blokir 10 poin krusial lawan Thailand, mulai bungkam keraguan. Tapi posisi starter SEA Games masih rebutan dengan Chelsa Berliana yang naik daun dari U-21 World Championship.
Prestasi dan Strategi: Latihan Ekstra Ubah Nasib di Lapangan
Kegigihan Asih terbayar di pelatnas SEA Games November ini. Ia tambah sesi latihan beban tiga kali seminggu, kolaborasi dengan fisioterapis timnas untuk cegah cedera bahu. Hasilnya, di uji coba melawan Vietnam akhir Oktober, Asih starter pertama kali, sumbang 14 poin—8 blok, 6 kill—bantu tim menang 3-1. Pelatih Marcos Sugiyama puji, “Asih bawa pengalaman yang junior butuh; bloknya seperti tembok bergerak.” Strateginya sederhana: fokus quick set dari setter Tisya Amallya, manfaatkan posisi tengah untuk ganggu ritme lawan.
Lebih dari angka, Asih jadi mentor. Ia ajar Chelsa soal timing blok, dan bagi tips rotasi ke Indah di pertahanan. Di Proliga 2025, kontribusinya bawa Bandung juara, raih MVP blocker musim itu. Kini, di skuad SEA Games, Asih target 70% menit bermain, yakin blok solidnya kunci lawan Thailand yang andalkan smash tinggi. “Saya berjuang ekstra bukan untuk diri, tapi buat tim ini angkat emas,” ujarnya sambil angkat bola latihan, mata berbinar. Dengan ulang tahun hari ini, rekan setim beri kejutan: bola bertanda “Starter Forever”—simbol perjuangannya yang tak kenal lelah.
Kesimpulan
Asih Titi Pangestuti hadirkan pelajaran berharga di voli putri Indonesia: perjuangan ekstra bisa rebut posisi starter, tak peduli usia atau rintangan. Dari comeback Proliga 2025 hingga andalan pelatnas SEA Games, ia tunjukkan middle blocker senior masih punya api. Saat Thailand jadi tuan rumah nanti, blok Asih mungkin jadi penentu emas pertama. Kisahnya ingatkan atlet muda seperti Kintan dan Indah: gigihlah, karena lapangan tak pilih umur, tapi hati. Di usia 32, Asih bukan akhir karier; ini babak baru penuh kemenangan. Voli tanah air butuh lebih banyak cerita seperti ini—penuh semangat, siap tempur.