
Melihat Latihan Voli Pemain Giba. Pada 2 Oktober 2025, sorotan voli dunia tertuju pada Gilberto “Giba” Godoy Filho saat ia terjun ke Volleyball World Cup Special Olympics di Orlando, Florida, Amerika Serikat. Di usia 48 tahun, sang legenda Brasil—pemenang tiga Olimpiade dan tiga World Championship—kembali ke lapangan sebagai ambassador FIVB, memimpin sesi latihan unified untuk atlet difabel dan mitra non-difabel. Event ini, berlangsung 5-8 Oktober, jadi panggung Giba bagikan warisan spiking 110 km/jam-nya sejak pensiun 2016. Setelah dihormati sebagai legenda Ibero-American Juni lalu dan motivator di FIVB Snow Volleyball Festival Maret, Giba integrasikan pengalaman Hall of Fame 2018-nya untuk bangun inklusivitas. Di bawah arahan FIVB Volleyball Foundation, ia kolaborasi dengan Krzysztof Krukowski dari Special Olympics, fokus chemistry tim campuran. Penggemar Brasil, yang ingat kontribusi 1.500 poin internasionalnya, kini intip rutinitasnya: campuran disiplin ketat dan semangat ringan, fondasi event promosikan voli untuk semua. BERITA BASKET
Latihan 1: Pemanasan dan Kondisi Fisik: Melihat Latihan Voli Pemain Giba
Sesi pagi dimulai pukul 8 pagi di lapangan outdoor ESPN Wide World of Sports, Giba memimpin pemanasan dinamis dengan kaus FIVB nomor 7—penghormatan debut Olimpiade 2000. Tinggi 1,96 meter masih dominan saat ia demo arm circles lebar dan leg swings pelan melintasi net, diikuti high knees adaptif untuk atlet kursi roda. Trainer event pantau detak jantung via wearable, jaga zona 120-140 bpm—prioritas bagi peserta beragam kemampuan pasca-pandemi. “Mulai dari napas, biar energi mengalir,” katanya saat jeda, sambil bantu atlet muda sesuaikan strap kursi, sambil ajak mitra non-difabel ikut shuttle runs modifikasi.
Latihan berlanjut ke conditioning circuit ringan: resistance band pulls 15 menit interval, campur seated wall balls untuk upper body. Giba selesaikan demo tiga set, fokus core stability dengan modified planks—ia tambah variasi tangan untuk tunjukkan adaptasi, polesan dari pengalaman cedera bahu 2010-nya. Sesi ini 45 menit, diakhiri group circle stretch di mana Giba bagi cerita Athens 2004: “Pemanasan ini bikin tim tak terhentikan.” Yang spesial, ia integrasikan sensory drills untuk atlet visual impairment, ciptakan inklusi langsung. Pemanasan ini krusial; sebagai ambassador, Giba tekankan fondasi fisik aman, bukti komitmennya cegah burnout seperti karier panjangnya. Hasilnya, grup keluar bersatu, siap drill tanpa batas.
Latihan 2: Drill Spiking dan Pengembangan Keterampilan: Melihat Latihan Voli Pemain Giba
Pindah ke zona net pukul 9.30 pagi, Giba kuasai spiking reps di bawah bimbingan asisten FIVB. Fokus utama: modified approaches dan tool attacks, dengan feeder unified untuk bola rendah. Dari outside position, ia demo 75 dari 85 bola—akurasi 88 persen—gerakannya halus, manfaatkan approach dua langkah untuk sudut aman. “Baca blok mitra, ciptakan ruang bersama,” gumamnya saat ulang, ingatkan pengalaman World League 2000-an.
Drill berlanjut ke block simulations adaptif, di mana Giba pasangan dengan atlet standing untuk triple-block lawan serves. Ia bereksperimen dengan height-adjusted reads, hasilkan 80 persen success rate di reps. Sesi ini 70 menit, diselingi tablet review untuk breakdown timing—Giba tunjukkan footage kariernya dari Sydney 2000. Tak pelit, ia tarik peserta muda: “Gunakan suara panggilan, jangan ragu komunikasi.” Penutup: serving drills, 22 ace dari 30 dengan float serve ringan, tunjukkan ketajaman servisnya. Latihan ini soroti transisi Giba: dari elite hitter jadi inklusif coach, siap bangun serangan berlapis untuk tim unified yang butuh koordinasi. Dengan sentuhan humor saat koreksi overhit, sesi berakhir vibe positif.
Latihan 3: Scrimmage Tim dan Mentoring
Puncak hari adalah scrimmage 6-on-6 pukul 11 pagi, Giba orkes tim Brasil unified lawan tim AS di net penuh semangat. Peluit event berbunyi, langsung Giba intervensi: “Rotasi cepat, lindungi satu sama lain!” Dalam 25 menit, tim catat 24 poin berkat spike kolaboratif yang ia poles, plus 5 blok kolektif. Fokus: transition unified, dengan Giba pimpin digs rotations yang naikkan rally rate.
Lebih dari skor—25-22 menang—scrimmage jadi ajang mentoring. Saat rotasi, ia tarik atlet kursi roda diskusikan positioning: “Gunakan momentum roda, force angle.” Demonstrasi hand pass picu tepuk tangan dari penonton. Ada momen ringan saat Giba troll mitra dengan fake spike, gelak tawa redakan tekanan—kontras grit Olimpiadenya. Krukowski puas cohesion, sebut Giba “jantung event” yang bikin unified terasa pro. Ia tutup dengan huddle: “Voli soal hati, bukan tinggi badan.” Interaksinya dengan peserta muda soroti visi FIVB: kolaborasi Special Olympics tambah dampak global, perkuat event untuk challenge inklusif seperti Snow Volleyball.
Kesimpulan
Volleyball World Cup Special Olympics Oktober 2025 ini jadi panggung abadi Giba Godoy Filho sebagai legenda hidup. Dari pemanasan adaptif hingga scrimmage penuh semangat, ia tak hanya bagikan teknik—ia tanam nilai inklusi, dengan cerita tiga emas Olimpiade jadi inspirasi utama. Hiatus sejak 2016 tutup babak player, tapi peran ambassador ini buka era baru untuk FIVB Foundation. Dengan chemistry tim unified yang ia bangun dan humor menular, event ini potensial ubah narasi voli. Hari kompetisi mulai 5 Oktober, dan jika pola ini lanjut, Giba bisa ulangi legacy motivator-nya. Penggemar voli dunia boleh bangga: Giba siap angkat generasi baru, bawa olahraga ke semua lapangan.