Pelatih Beri Kesempatan Starter Baru di Tim Voli Nasional. Pada 2 November 2025, persiapan tim voli nasional putra Indonesia memasuki fase menarik saat pelatih kepala Hendra Kurniawan umumkan rotasi starter baru untuk pemusatan latihan di Jakarta. Keputusan ini datang pasca-semifinal Livoli Divisi 1 yang dramatis kemarin, di mana pemain muda seperti Haikal Rahman dan Dimas Bagaskara unjuk gigi. Hendra, yang gantikan posisi sebelumnya tahun lalu, beri kesempatan empat atlet baru—semua di bawah 22 tahun—masuk lini awal, guna poles chemistry jelang AVC Challenge Cup Desember. Ini bukan sekadar eksperimen; strategi ini lahir dari analisis kekalahan tipis di SEA V League Juli lalu, di mana timnas finis runner-up lawan Thailand. Dengan skuad campur veteran dan darah segar, kesempatan ini jadi harapan baru: tim voli putra siap bangkit, tunjukkan regenerasi yang matang di panggung Asia. INFO CASINO
Strategi Rotasi Hendra Kurniawan untuk Regenerasi: Pelatih Beri Kesempatan Starter Baru di Tim Voli Nasional
Hendra Kurniawan tak main-main dengan rotasi ini. Sejak ambil alih timnas akhir 2024, ia tekankan “fresh start” melalui campuran pengalaman dan energi muda. Di sesi latihan Senin pagi di Senayan, empat starter baru—Haikal Rahman (opener), Dimas Bagaskara (setter), Rafly Kurniawan (blokir), dan Reza Septian (penerima)—langsung dipasang di formasi awal melawan tim cadangan. “Mereka dapat kesempatan karena bukti di Livoli; bukan janji kosong,” kata Hendra singkat usai drill smash. Strategi ini mirip pola sukses tim putri U-18 di Asian Youth Games Oktober, di mana rotasi bawa perak—bukti bahwa darah muda bisa saingi raksasa seperti Iran.
Rotasi tak acak: Hendra analisis data dari 20 laga terakhir, temukan kelemahan servis dan blok di set ketiga. Haikal, yang cetak 25 poin di semifinal Livoli, isi posisi itu dengan smash akurat 70 persen. Dimas, dengan distribusi bola 88 persen, gantikan veteran yang cedera ringan. Ini kesempatan kedua bagi timnas pasca-AVC Nations Cup Juni, di mana kekalahan 3-2 lawan Thailand soroti kurangnya variasi. Dengan latihan dua kali sehari—fokus simulasi pertandingan—Hendra targetkan chemistry solid dalam dua minggu, sebelum uji coba internal akhir November. Pendekatan ini tak hanya teknis; ia bangun mental, di mana pemain muda belajar dari kesalahan veteran tanpa tekanan berlebih.
Prestasi Pemain Baru di Latihan dan Turnamen Pendahulu: Pelatih Beri Kesempatan Starter Baru di Tim Voli Nasional
Pemain baru ini bukan pendatang baru total; mereka sudah bukti nyata. Haikal Rahman, 20 tahun dari PBV Bukit Asam, curi perhatian di Livoli dengan servis ace 12 kali di babak 8 besar—langsung diterjemah ke latihan timnas, di mana ia blokir tiga serangan simulasi Thailand. Dimas Bagaskara, setter Yuso Yogyakarta, tunjukkan visi lapangan saat drill: bola tepat ke Rafly, yang blokir andalan Eka Mandiri, raih 18 sukses di turnamen nasional. Reza Septian dari KWK Ponorogo, penerima andal, selamatkan 75 persen bola susah di sesi Rabu—prestasi mirip penyelamatannya di semifinal Livoli.
Kesempatan ini lahir dari pantauan Hendra sejak Youth Games Bahrain. Haikal finis keempat dengan tim putra U-18, cetak poin krusial lawan Korea Selatan. Di timnas, mereka tak langsung gantikan bintang seperti Ihsan Hendri; rotasi berbasis performa, dengan evaluasi harian. Veteran seperti Budi Haryanto puji: “Mereka bawa energi segar; kami belajar adaptasi.” Di latihan Kamis, formasi baru hajar cadangan 3-0 dalam simulasi—skor 25-20, 25-22, 25-18—tunjukkan potensi. Ini bukan cuma starter; kesempatan ini poles mereka jadi inti skuad, siap debut di AVC Challenge Cup sebagai ancaman bagi Vietnam dan Kazakhstan.
Dampak Rotasi untuk Turnamen Asia Mendatang
Rotasi Hendra punya efek riak ke turnamen besar. AVC Challenge Cup Desember di Taipei jadi ujian pertama: target minimal semifinal, naikkan ranking AVC dari 12 ke top 10. Dengan starter baru, timnas bisa variasi serangan—dari smash Haikal ke servis Dimas—lawan gaya defensif Thailand yang sering jadi momok. Ini kesempatan emas pasca-SEA V League, di mana finis kedua beri motivasi tapi juga pelajaran: rotasi kurang bawa kekalahan set penentu.
Secara nasional, strategi ini dorong PBVSI tambah pemusatan U-23, dengan anggaran Kemenpora naik 20 persen untuk 2026. Pemain baru seperti Rafly potensial ekspor ke liga Asia Tenggara, tarik sponsor domestik. Tantangannya: jaga fisik, karena jadwal padat—uji coba November sebelum AVC. Hendra yakin: “Kesempatan ini bangun tim tangguh; bukan sementara.” Di Asia, ini tekan kompetitor: Jepang dan Korea, yang dominan, kini waspadai regenerasi Indonesia. Kalau sukses, rotasi ini bisa bawa emas SEA Games 2027, ubah voli putra dari underdog jadi kontender.
Kesimpulan
Kesempatan starter baru dari Hendra Kurniawan adalah langkah cerdas yang beri napas segar tim voli nasional putra. Dari strategi rotasi berbasis data hingga prestasi Haikal dan kawan-kawan di latihan, ini bukti regenerasi nyata pasca-Livoli dan Youth Games. Dengan AVC Challenge Cup di depan mata, dampaknya jelas: timnas siap saingi Asia, bangun fondasi jangka panjang. Bagi PBVSI, dukung penuh jadi kunci—latihan intensif, evaluasi ketat, dan kepercayaan pada muda. Pada November 2025 ini, saat bola pertama di Senayan, Garuda Putra punya momen emas: rebut sekarang, dominasi besok. Voli Indonesia bangkit—dengan starter baru, langit terbuka lebar.